Powered By Blogger

Find Blog

Register To PayPal

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

What's you need ???

All Kinds Solutions


Ads By CbproAds

Cuma pasang iklan dapat uang? Klik disini!

Berjuang melawan kemiskinan dan kekufuran

Sudahkah Kita "ISLAM" ?

Bagaimana proses kita menjadi Islam ?

Islam, sebuah agama yang diturunkan Allah melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW, dan berpedoman pada Kitab Suci Al-Qur'an, adalah salah satu agama dengan jumlah penganut terbesar di dunia. Termasuk di negara kita, Indonesia, yang mayoritas warga negaranya beragama Islam. Islam, sebagai sebuah kata berarti keselamatan, atau juga berarti penyerahan diri secara total dari seorang hamba kepada Tuhan. Di negara kita, ataupun belahan bumi lainnya, proses untuk menjadi Islam, berjalan secara alamiah dan kultural. Setiap ada kelahiran anak baru dalam sebuah keluarga Islam, maka secara otomatis pula dia beragama Islam, tanpa harus tahu terlebih dahulu, apa itu Islam sesungguhnya. Demikian juga kita, yang berasal dari keluarga Islam dan telah turun temurun beragama Islam. Pengetahuan tentang Islam memang bisa kita peroleh dari pendidikan formal maupun informal, tapi apa jadinya bagi saudara-saudara kita yang tak mempunyai kesempatan untuk memperolehnya ? Atau bahkan kita, yang telah memperoleh pendidikan tentang Islam, tapi tak ada pencerminan "Islam" dalam pola kehidupan kita ? Maka akan dikenal dengan sebutan, "Islam KTP", dimana kata Islam hanya tersebut pada kartu identitas, akta kelahiran, kartu keluarga atau mungkin kata "Islam" hanya sebagai jargon-jargon palsu sebagai upaya pembenaran diri sendiri maupun kelompok. Naudzubillah. Memahami hal tersebut, akan muncul pertanyaan,.............

Sudahkah Kita "Islam" ?

Bagi kita yang terlahir dengan garis keturunan Muslim, akan otomatis beragama Islam, meski hanya melalui kalimat Adzan yang diperdengarkan kepada kita ketika baru lahir, tanpa kita bisa melafalkan dua kalimah syahadat secara independen dan kesadaran akan artinya, dan mungkin berlaku hingga kita dewasa. Memang benar bahwa dua kalimah syahadat seringkali kita lafalkan dalam bacaan sholat, pengajian atau kesempatan apapun. Namun pelafalan itu kita lakukan tanpa adanya getaran dalam hati untuk menyadari makna dari dua kalimah syahadat itu. Lain halnya dengan saudara kita yang Mu'allaf, yang baru saja mengenal Islam, mereka mengambil keputusan untuk hijrah pada Islam, karena adanya suatu sebab, yang bisa disebut hidayah. Dalam pengucapan dua kalimah syahadat saja mereka (Mu'allaf) telah mengalami kesulitan lahir dan bathin, dan benar-benar berupaya untuk menyadari arti dua kalimah itu.(Tidak berlaku bagi mereka yang berpindah agama hanya untuk sensasi dan popularitas). Dan setelah mereka resmi menjadi Muslim, akan tampak sekali secara lahir, usaha mereka (Mu'allaf) untuk terus belajar memahami dan mendalami konsekuensi dari Islam, dan secara total, mereka akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang pernah dilakukan sebelum menjadi Muslim. Dan tak jarang, pengetahuan, pemahaman dan penerapan ke Islaman mereka lebih tinggi daripada kita.

Adakah muncul pertanyaan dalam diri kita, yang berlatar belakang Islam kultural ? Sudahkah kita benar-benar menjadi Islam? Sudahkah perilaku dan pemikiran kita mencerminkan Islam? Jawabannya mungkin hanya ada dalam hati kita masing-masing, namun perlu juga ada sebuah gagasan bagi kita semua yang beragama Islam dan ingin menjadi lebih baik, yaitu ...................

Syahadat Nasional

Hanya sebuah ungkapan dalam menyikapi fenomena yang sedang terjadi dalam negara kita saat ini, yaitu konflik antara beberapa instansi dalam pemerintahan. Mungkin akan sangat berguna sekali untuk diselenggarakan Syahadat Nasional, karena mungkin mayoritas mereka yang sedang terlibat di dalam konflik beragama Islam juga. Dan bagi yang beragama non-Muslim juga bisa diupayakan untuk Baptis Nasional, Misa nasional dan upacara sakral keagamaan lainnya. Sebagai sebuah upaya untuk mengembalikan diri kita pada jalur yang benar, menempuh kesadaran mutlak terhadap hakikat penciptaan manusia oleh Tuhan. Sehingga tidak ada lagi diantara kita yang berkata dusta atau kata orang Jawa "mencla-mencle". Sebuah harapan besar akan muncul untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, tanpa harus ada perselisihan, skandal, korupsi, atau perbuatan maksiat lainnya, ketika kita telah sama-sama memahami arti dan fungsi Tuhan menciptakan manusia. Dan semoga selalu kita ingat, bahwa kita hidup dan mati adalah atas kehendak Tuhan. Mari kita isi izin hidup dari Tuhan, dengan kebaikan dan kejujuran, dalam jalan dan cara hidup masing-masing, demi meraih hidup sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Sehingga Indonesia tak lagi menjadi bangsa yang konyol. Rakyat di bawah sengsara mencari sesuap nasi, tapi para pemimpinnya bergelut dengan konflik yang tak berujung dan tak bertepi. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pasang Iklan Anda Disini

BLOGRANK